Pak Timo kaget. Saat hendak berkumur-kumur usai menggosok gigi, air dari gelas yang diminumnya langsung keluar dari mulutnya. Padahal belum lagi dipakainya untuk berkumur. Setelah dicobanya tiga kali berkumur, akhirnya Pak Timo menyerah. Dia melihat cermin dan langsung terkaget-kaget. Wajah sisi kanannya ternyata mencong. Sambil mengedip-ngedipkan matanya, dia tambah kaget lagi menyadari mata kanannya ternyata juga tidak bisa berkedip. Apa yang terjadi dengan Pak Timo?
Sebagian besar orang pasti kaget menyadari kejadian seperti yang dialami Pak Timo. Banyak yang mengira ini adalah stroke, padahal ada kelainan lain yang disebut Bell’s Palsy yang punya gejala seperti ini.
Sir Charles Bell, ahli bedah Skotlandia pertama kali menemukan penyakit ini pada abad ke-19. Keluhan penyakit ini derajatnya beragam. Yang terbanyak adalah dengan gejala wajah yang tidak simetris (mencong), kelopak mata yang tidak bisa ditutup sempurna, gangguan pengecapan serta sensasi mati rasa kebal) pada satu sisi wajah. Pada beberapa kasus disertai adanya hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdenging, telinga terasa nyeri, nyeri kepala dan perasaan melayang. Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam 2 hari. Keluhan yang terjadi diawali oleh nyeri pada telinga yang seringkali dianggap sebagai infeksi.
Berbeda dengan stroke, Bell’s Palsy tidak disertai dengan kelemahan anggota badan (tangan dan kaki). Pria dan wanita dari segala usia bisa mengalaminya.
Bell’s Palsy terjadi karena adanya kerusakan pada saraf fasialis di daerah wajah.Bisa karena radang, penekanan, atau pembengkakan. Diyakini, infeksi virus Herpes-Simpleks sebagai penyebabnya. Selain itu, orang yang sering terkena terpaan angin langsung juga bisa mengalami Bell’s Palsy. Misalnya pada pengendara sepeda motor yang enggan menutup wajahnya dengan kaca helm, orang yang duduk dekat jendela kendaraan yang terbuka di sepanjang perjalanan, atau yang suka tidur di lantai sambil menempelkan sebelah pipinya di lantai.
Tergantung dari tingkat keparahannya, penderita akan sembuh dalam waktu tiga bulan bila mendapat penanganan tepat. Apalagi bila pengobatannya sedini mungkin.
Yang tidak kalah penting adalah latihan wajah. Lakukan latihan ini minimal 2-3 kali sehari. Pada fase akut, mulailah dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah. Ini berguna untuk meningkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian lanjutkan dengan melakukan gerakan-gerakan wajah tertentu untuk merangsang otak agar tetap member sinyal menggerakkan otot-otot wajah. Gerakannya berupa:
* Tersenyum
* Mencucurkan mulut, kemudian bersiul
* Mengatupkan bibir
* Mengerutkan hidung
* Mengerutkan dahi
* Gunakan telunjuk dan ibu jari untuk menarik sudut mulut secara manual
* Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari
*Menutup mata
* Tersenyum
* Mencucurkan mulut, kemudian bersiul
* Mengatupkan bibir
* Mengerutkan hidung
* Mengerutkan dahi
* Gunakan telunjuk dan ibu jari untuk menarik sudut mulut secara manual
* Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari
*Menutup mata
Jangan lupa, mata yang susah dipejamkan harus dijaga agar tidak menimbulkan komplikasi. Berikan air mata buatan untuk mencegah kekeringan pada bola mata dan mencegah infeksi, beri pemberat pada kelopak mata. Bila belum berhasil, pertimbangkan tindakan operatif.
dr. Oktarina Paramita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar