Dusun Batugambir yang terletak di desa Kubutambahan, Buleleng merupakan kawasan pemukiman yang dihuni umat muslim sejak beratus tahun yang lalu. Diduga nenek moyang mereka berasal dari Sulawesi. Namun karena sudah beberapa generasi tinggal di Bali, bahasa sehari-hari yang mereka gunakan menjadi bahasa Bali.
Kawasan yang mereka huni adalah perbukitan curam. Untuk mencapai pemukiman mereka, kita harus melintasi jalan beraspal dengan kecuraman mencapai 45 derajat sepanjang 4 kilometer dan kemudian diteruskan dengan jalan setapak menyusuri
perbukitan. Rumah-rumah warga tersebar di kawasan perbukitan itu. Dikarenakan lokasinya yang terpencil di atas pemukiman, akses mereka cukup terbatas ke dunia luar. Dusun Batugambir dihuni 500-an warga yang terbagi dalam 156 Kepala Keluarga. Warga lemah dalam hal perekonomian. Sebagian besar warga mengandalkan penghasilan dari bertani saja. Untuk pendidikan dasar, terdapat madrasah ibtidaiyah sederhana. Sedangkan untuk akses kesehatan, tidak ada. Bila ada warga yang sakit, mereka mengandalkan warung untuk membeli obat sederhana tanpa panduan dokter atau paramedis. Masalah kesehatan menjadi pelik bila ada warga yang sakit parah dan membutuhkan pertolongan medis. Bila ini terjadi, warga akan menandu si sakit menyusuri jalan setapak naik-turun perbukitan karena alat transportasi tidak bisa melewatinya. Karena beratnya medan yang harus dihadapi, tidak sedikit warga yang sakit parah meninggal di tengah perjalanan saat sedang ditandu.
Menyikapi ini, pada hari Minggu, 29 April 2012, Rumah Sehat Madani berusaha membantu mengatasi masalah kesehatan yang terdapat di dusun Batugambir dengan mengadakan aksi RSM Keliling Bali Berbagi Sehat dengan digawangi oleh dua dokter dan 4 paramedis. Rumah Sehat Madani bergandengan tangan dengan Handle With Care International dari Australia untuk membantu kawasan pemukiman ini.
Warga dusun cukup antusias datang berkumpul ke gedung madrasah, tempat RSM menyelenggarakan acara Berbagi Sehat ini. Sekitar 200-an warga datang memeriksakan kesehatannya. Sebagian besar kasus kesehatan yang ditemukan adalah tekanan darah tinggi, penyakit kulit (gatal dan panu), sakit kepala dan pegal-pegal. Setelah ditelusuri, kemungkinan tekanan darah tinggi, sakit kepala dan pegal-pegal terjadi karena kebiasaan warga mengkonsumsi kopi, rokok, dan selalu mencampurkan vitsin ke dalam makanan mereka. Sedangkan penyakit kulit dikarenakan tingkat kebersihan mereka yang kurang.
Beberapa kasus pembesaran kelenjar gondok juga ditemukan. Diduga hal ini disebabkan karena lokasi pemukiman mereka di perbukitan sehingga kadar yodium dalam tanah sedikit dan ditambah lagi dengan jenis garam yang digunakan untuk memasak adalah jenis garam kasar, bukan jenis garam beryodium. Lagi-lagi pemilihan jenis garam ini disebabkan faktor ekonomi mereka yang kurang. Yang menjadi kekhawatiran adalah bila hal ini dibiarkan, maka kualitas sumber daya manusia mereka akan semakin rendah karena kekurangan yodium akan berdampak pada kualitas kecerdasan.
Khusus kepada anak-anak dan balita yang datang memeriksakan kesehatan, selain pemberian obat-obatan RSM juga membagi-bagikan susu untuk menambah kualitas gizi mereka. Dan yang patut menjadi perhatian khusus adalah ditemukannya juga balita berusia 2 tahun yang menderita busung lapar akibat kekurangan gizi. Kiranya kasus ini perlu mendapat intervensi khusus.
Grup Handle With Care International yang datang bersama kami juga melakukan survey lokasi kemungkinan pemberian bantuan pembangunan penambahan tangki penampungan air. Selama ini, sumber air bersih mereka adalah satu tangki penampungan air yang terletak di masjid. Sumber air bersih mereka berasal dari tempat yang jauhnya beberapa kilometer jauhnya dari pemukiman. Saat musim kemarau, sumber air ikut mengering sehingga warga pun mengalami kesulitan air bersih.
Kunjungan insidental Rumah Sehat Madani dan Handle With Care International ke dusun Batugambir, Buleleng ini tentunya tidak mampu menjawab seluruh masalah yang terjadi di dusun ini. Diperlukan upaya jangka panjang berkelanjutan yang melibatkan kerja sama antara pemerintah daerah dengan LSM.
Dr. Oktarina Paramita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar